PERAN KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KOTA


       Keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Masyarakat Kota Kemandirian berasal dari kata mandiri, sedangkan pengertian mandiri menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah keadaan yang dapat berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Menurut Parker dalam bukunya Ali, kemandirian merupakan suatu kondisi masyarakat yang tidak bergantung kepada otoritas dan tidak membutuhkan arahan secara penuh. Maslow dalam bukunya Ali menambahkan bahwa kemandirian merupakan 29W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm 744.

    Salah satu dari tingkat kebutuhan masyarakat yang disebut sebagai kebutuhan otonomi. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat kota dapat dilakukan dengan kemampuan masyarakat dalam melepaskan diri dari ketergantungan pada orang lain sehingga mampu berkomitmen pada keputusan yang diambil30. Masyarakat kota dapat dikatakan mandiri jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:  
  1. Mampu berfikir alternatif
  2. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.  
  3. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
  4. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. Memikirkan cara hidup.
  5. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan. Kemandirian ekonomi masyarakat kota merupakan kondisi dimana masyarakat yang berada di wilayah perkotaan tersebut tidak memiliki ketergantungan, mereka dapat mengubah keadaan ekonomi, sosial, politik, kultural, dan lingkungan perkotaan ke arah yang lebih baik yang dilakukan oleh diri mereka sendiri
 (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 115.31Anonim, Pengertian dan Ciri-ciri Kemandirian Menurut Ahli,http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-ciri-ciri-kemandirian.html?m=1. Diakses tanggal 24 mei 2016 pukul 21:08 WIB. 32Alfitri, Community Development: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 38.
 
        Pemberdayaan muncul sebagai strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people cantered development) yang memiliki dua konsep yaitu antara kegagalan dan harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi masyarakat kota dalam menanggulangi kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif pembangunan yang mengutamakan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, persamaan antara generasi, dan pertumbuhan ekonomi masyarakat kota yang memadai33. Menurut Moeldjarto dalam bukunya Zubaedi, keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai pendamping sangat penting dalam mengembangkan kegiatan kelompok. Kegiatan pendampingan dapat dilakukan oleh beberapa faktor, pertama, yaitu pendampingan yang dilakukan oleh pendamping lokal seperti LSM, tokoh masyarakat, kader setempat, ormas,dan pihak-pihak lain yang peduli terhadap pemberdayaan masyarakat. Kedua, pendampingan yang dilakukan oleh pendamping teknis dari tenaga penyuluh Departemen teknis seperti Departemen Pertanian (penyuluh pertanian lapangan atau PPL), Depdiknas (SP3), dan BKKBN (PLKB). Ketiga, pendampingan yang dilakukan oleh pendamping khusus yang disediakan bagi masyarakat miskin perkotaan dengan pembinaan khusus. (Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2013), hlm. 129.
 
     Maka disini keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat dibutuhkan dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat kota dengan tujuan untuk mengembangkan potensi diri masyarakat kota serta mencapai kemajuan yang diharapkan. Menurut Sumodiningrat yang dikutip oleh Wirawan, terdapat beberapa indikator keberhasilan dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat kota, yaitu:
  1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.
  2. Berkembangnya peningkatan pendapatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
  3. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.
  4. Meningkatnya kemandirian kelompok. Hal ini ditandai dengan adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, semakin rapinya sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.
  5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial.
  6. Menumbuhkan partisipasi masyarakat. 
(Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2008. Http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/18450.
 
        Partisipasi masyarakat itu sendiri merupakan keikutsertaan masyarakat untuk terlibat dalam proses pemberdayaan yang sedang berlangsung. Tanpa adanya partisipasi masyarakat tidak akan ada pemberdayaan, karena pemberdayaan tersebut ditujukan untuk mereka. Sehingga partisipasi masyarakat yang berada di wilayah perkotaan menjadi hal yang sangat penting dalam mendukung jalannya pemberdayaan ekonomi masyarakat kota yang dilakukan. Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero dalam bukunya Alfitri yang berjudul Community Development: Teori dan Aplikasi menjelaskan bahwa kondisi yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi adalah: pertama, orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Kedua, orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Ketiga, berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Keempat, orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya. Kelompok Wanita Tani KLIWON dapat melakukan keterlibatan dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat kota dengan melihat indikator tersebut di atas. Karena masyarakat dapat dikatakan berhasil jika Lembaga Swadaya Masyarakat dapat terlibat dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, khususnya yang berada di wilayah kota. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 41.

Related Posts:

0 Comments:

Posting Komentar